## Fear of Missing Out (FOMO), Penggunaan Media Sosial yang Bermasalah, dan Artikulasi Identitas Islam di Kalangan Millenial Muslim Indonesia
**Abstrak:** Studi ini mengkaji hubungan antara *Fear of Missing Out* (FOMO), penggunaan media sosial yang bermasalah, dan artikulasi identitas Islam di kalangan 177 milenial Muslim Indonesia yang aktif terlibat dalam gerakan hijrah melalui Instagram. Penelitian ini menggunakan instrumen pengukuran yang diadaptasi, meliputi skala FOMO, skala gangguan penggunaan media sosial, dan skala artikulasi identitas Islam di Instagram. Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa secara simultan, FOMO dan penggunaan media sosial yang bermasalah memprediksi artikulasi identitas Islam dengan kontribusi efektif sebesar 40,6% (36,7% kontribusi penggunaan media sosial dan 3,9% kontribusi FOMO). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa FOMO secara independen tidak berkorelasi dengan artikulasi identitas Islam, sementara penggunaan media sosial yang bermasalah terbukti berkorelasi signifikan dengan artikulasi identitas Islam. Temuan ini dapat menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut terkait tema artikulasi identitas keagamaan di media sosial dan perumusan intervensi untuk mengatasi penggunaan media sosial yang berlebihan. Studi ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai bagaimana platform digital seperti Instagram membentuk dan dipengaruhi oleh ekspresi keagamaan generasi muda Muslim Indonesia.
**Pendahuluan:**
Generasi milenial Muslim Indonesia, yang akrab dengan teknologi digital, semakin aktif mengekspresikan identitas keislaman mereka melalui berbagai platform media sosial, terutama Instagram. Gerakan hijrah, yang menandai perubahan gaya hidup menuju keislaman yang lebih taat, juga banyak dijumpai dan dibagikan secara luas di media sosial. Namun, penggunaan media sosial yang intensif berpotensi menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah *Fear of Missing Out* (FOMO) – ketakutan untuk ketinggalan informasi, pengalaman, atau interaksi sosial yang terjadi di lingkungan online. Pertanyaan kunci yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana FOMO dan penggunaan media sosial yang bermasalah mempengaruhi cara milenial Muslim Indonesia mengartikulasikan identitas Islam mereka di Instagram?
**Metodologi:**
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Sampel penelitian terdiri dari 177 responden milenial Muslim Indonesia yang aktif menggunakan Instagram dan terlibat dalam gerakan hijrah. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang terdiri dari tiga skala terukur yang telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia: skala FOMO, skala gangguan penggunaan media sosial, dan skala artikulasi identitas Islam di Instagram. Analisis data dilakukan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji hubungan antara variabel-variabel penelitian.
**Hasil dan Pembahasan:**
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa secara simultan, FOMO dan penggunaan media sosial yang bermasalah secara signifikan memprediksi artikulasi identitas Islam (R² = 0.406). Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut secara bersama-sama mampu menjelaskan 40,6% variasi dalam artikulasi identitas Islam. Lebih rinci, penggunaan media sosial yang bermasalah memberikan kontribusi yang lebih besar (36.7%) dibandingkan dengan FOMO (3.9%). Temuan yang menarik adalah FOMO sendiri tidak memiliki korelasi signifikan dengan artikulasi identitas Islam. Sebaliknya, penggunaan media sosial yang bermasalah menunjukkan korelasi signifikan positif, mengindikasikan bahwa semakin bermasalah penggunaan media sosial, semakin kuat pula artikulasi identitas Islam yang ditunjukkan di Instagram. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut, apakah penggunaan media sosial yang berlebihan sebagai upaya untuk mencari validasi identitas keagamaan, atau faktor lain yang mempengaruhi.
**Kesimpulan dan Saran:**
Penelitian ini menunjukkan peran penting penggunaan media sosial, terutama yang bermasalah, dalam membentuk artikulasi identitas Islam di kalangan milenial Muslim Indonesia. FOMO, meskipun sering dikaitkan dengan penggunaan media sosial yang berlebihan, dalam konteks ini tidak secara langsung mempengaruhi artikulasi identitas keagamaan. Temuan ini memiliki implikasi penting untuk memahami dinamika identitas keagamaan di era digital. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggali faktor-faktor yang mendasari hubungan antara penggunaan media sosial yang bermasalah dan artikulasi identitas Islam, serta mengembangkan intervensi yang efektif untuk mengatasi penggunaan media sosial yang berlebihan tanpa menghambat ekspresi keagamaan yang positif. Penelitian kualitatif, misalnya, dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perspektif dan pengalaman para responden.
**Kata Kunci:** FOMO, Penggunaan Media Sosial, Identitas Islam, Millenial Muslim Indonesia, Instagram, Hijrah, Artikulasi Identitas, Media Sosial Bermasalah
**(Bagian navigasi dan informasi jurnal dapat dipertahankan seperti aslinya)**